Oleh: Miftah Fariz Prima Putra, M.Pd
Dalam
artikel tersebut saya akan berbagi informasi yang berkaitan dengan pembinaan
olahraga, khususnya pada tingkat mahasiswa di Papua. Hal tersebut menarik
dibahas mengingat pada tahun 2020, PON ke-XX akan dilaksanakan di Papua,
sehingga mengulas pembinaan olahraga menjadi topik relevan untuk mendukung
suksesnya penyelengaraan PON Papua.
Berbagai berita tentang PON Papua menunjukkan
bahwa terdapat semangat dan harapan yang besar dari pemangku kepentingan agar
PON XX dapat berlangsung di Papua dan berjalan lancar. Gubernur Papua menyatakan
“jangan ragukan, kita siap gelar PON 2020” (Cepos, 18/4/2017, hal.1). Terkait
dengan PON, Wali Kota Jayapura menyampaikan “kami siap mendukung suksesnya PON
XX dan kita harus optimis bisa dilaksanakan di Papua” (Cepos, 24/10/2017 hal.
11). Hal yang sama juga perlu kita lakukan sebagai orang Perguruan Tinggi,
yaitu mendukung penuh pelaksanaan PON ke-XX agar dapat berjalan lancar dan
Papua dapat berprestasi.
BAPOMI dan POMNAS
Sejarah
menyebutkan Badan Pembina Olahraga Mahasiswa Indonesia (Bapomi) dibentuk di
Jakarta pada tanggal 9 April 1987 untuk waktu yang tidak terbatas. Terdapat dua
tingkatan pengurus dalam Bapomi, yaitu di Pusat dan Provinsi. Untuk Bapomi Pusat
akan berdomisili di ibu kota Negara, sedangkan untuk Bapomi Provinsi berdomisili
di ibu kota Provinsi.
Dalam AD/ART Bapomi pasal empat
disebutkan (1) Bapomi adalah satu-satunya organisasi pembina olahraga mahasiswa
yang berwenang dan bertanggung jawab mengelola, membina, mengembangkan, dan
mengoordinasikan seluruh pelaksanaan kegiatan olahraga mahasiswa di wilayah
hukum NKRI, (2) Bapomi merupakan mitra Pemerintah dalam pembinaan dan
pengembangan olahraga mahasiswa yang dikuatkan melalui akta notaris, (3) Bapomi
di dalam melakukan kegiatan yang berhubungan dengan dunia olahraga mahasiswa
Nasional dan Internasional berstatus sebagai Indonesian University Sport
Council
disingkat IUSC.
Mengingat
bidang garapannya ada pada level mahasiswa maka anggota penggurus Bapomi
Provinsi akan didominasi oleh para akademisi atau orang-orang Perguruan Tinggi
(PT). Meski begitu, ketika memasuki masa persiapan mengikuti Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional
(POMNAS) tiba maka
para praktisi di bidang olahraga akan banyak terlibat, misalnya pelatih, guru
dan dokter.
POMNAS adalah ajang kompetisi olahraga multi-event
antar mahasiswa yang diadakan dua tahun sekali. Peserta dalam POMNas adalah
seluruh Bapomi (Provinsi) se-Indonesia. Itu artinya, POMNAS sangat mirip dengan PON, yaitu
yang melibatkan seluruh Provinsi sebagai peserta.
Dalam POMNAS terdapat cabang olahraga wajib
dan lainnya. Yang termasuk olahraga wajib adalah atletik dan renang, sedangkan
yang termasuk olahraga lainnya adalah pencak silat, karate, bulutangkis, tenis
lapangan, petanque, bola basket, bola voli, futsal dan cabor lainnya.
Prestasi BAPOMI Papua
Dalam
artikel ini saya akan membatasi pada prestasi Bapomi Papua pada POMNAS yang penulis terlibat di dalamnya, yaitu
ketika POMNAS ke-XIV di
Banda Aceh tahun 2015 dan ke-XV di Sulawesi Selatan tahun 2017.
Pada POMNAS ke-XIV di Banda Aceh, Bapomi
Papua ikut dalam 9 cabang olahraga (cabor) dan mengirim 52 atlet. Singkat
cerita, pada POMNas tersebut Bapomi Papua berada diposisi 22 dari 32 Peserta.
Medali yang diperoleh Bapomi Papua saat itu adalah 2 perak dan 6 Perunggu.
Medali perak berasal dari cabor atletik dan tarung derajat, sedangkan medali
perunggu dari atletik, pencak silat, futsal, bola basket dan karate
Dalam POMNAS ke-XV yang diselengarkan di
Sulawesi Selatan pada tanggal 9 – 21 Oktober tahun 2017, Bapomi Papua mendaftar
13 cabor dan mengirim 86 atlet. Bila dibandingkan dengan jumlah atlet dalam POMNas
sebelumnya maka tampak selisih jauh. Hal ini terjadi karena (1) tempat POMNAS tahun 2017 berada di daerah yang
secara geografis tidak jauh jaraknya dengan Papua, sehingga mengirim mahasiswa
(atlet) mengikuti kegiatan tersebut tidak terlampau membebani anggaran Perguruan Tinggi (PT) di
wilayah Papua, (2) komunikasi dengan pimpinan PT, terutama bidang kemahasiswaan,
aktif dilakukan oleh Bapomi Papua, baik melalui surat maupun via daring.
Dalam POMNAS 2017 tersebut Bapomi Papua berada
pada peringkat 20 dari 34 peserta dengan perolehan medali 1 emas (petanque), 1
perak (tarung derajat) dan 3 perunggu (pencak silat dan tenis lapangan). Medali
emas yang didapat dalam POMNas ini merupakan emas pertama dalam kurun waktu 6
tahun. Bapomi Papua mendapatkan medali emas terakhir yaitu ketika POMNas ke-XII
di Batam (Kepri) Pada tahun 2011 melalui cabor Renang.
Hambatan dan permasalah
Pengalaman
penulis selama menjadi sekretaris umum Bapomi Papua menunjukan bahwa terdapat
banyak hambatan dan permasalahan yang dihadapi oleh Bapomi Papua dalam upaya
untuk berprestasi di POMNAS.
Namun begitu, dalam kesempatan ini penulis akan memfokuskan pada dua hal saja
yang penulis anggap relevan dengan tujuan artikel ini. Pertama, pembiayaan
dalam mempersiapkan atlet (seleksi dan TC) serta memberangkatkan ke POMNas.
Kedua, minimnya kompetisi atau turnamen yang ada pada level mahasiswa di
Provinsi Papua.
Untuk hambatan pertama,
teman-teman di Bapomi Papua menyampaikan bahwa hal tersebut menjadi semacam
permasalahan tahunan ketika musim mengikuti POMNAS tiba. Bapomi Papua akan
pontang-panting untuk mempersiapkan pendanaan yang dibutuhkan agar anak-anak Papua
(mahasiswa) dapat berpartisipasi pada ajang olahraga nasional tersebut (POMNAS).
Model pembiayaan gotong royong PT
yang diterapkan pada tahun 2017 sebenarnya sudah mengurangi sedikit beban
Bapomi Papua. Namun begitu, tidak semua PT dapat menangung pembiayaan atletnya
ketika menjelang keberangkatan mengikuti POMNas. Hal tersebut tentu saja
menjadi masalah lagi buat Bapomi Papua.
Hambatan dan permasalah yang kedua
pada dasarnya menjadi tantangan provinsi-provinsi di Indonesia. Harian kompas
(18/10/2017 hal. 30) menyebutkan “daerah keluhkan minimnya kompetisi”. Itu
artinya, minimnya kompetisi juga dialami oleh beberapa daerah lainnya. Oleh
karena itu, hal tersebut menjadi tantangan bagi Provinsi Papua untuk
mengulirkan Pekan Olahraga Mahasiswa Wilayah (POMWIL) atau Pekan Olahraga
Mahasiswa Provinsi (POMPROV).
Peluang ke depan
Melihat
grafik prestasi yang diperoleh Bapomi Papua dalam kurun waktu 6 tahun maka kita
boleh optimis namun tidak boleh terlalu percaya diri karena itu menjadi
bumerang dalam pembinaan olahraga di Papua. Meski mendapat hambatan dan
permasalah yang tidak mudah, Bapomi Papua dapat menyelesaikan dan melaluinya
dengan baik sehingga mampu membawa emas ke Papua.
Seperti yang diberitakan oleh
media, baik cetak maupun televisi bahwa Menteri Ristekdikti sudah memutuskan POMNas
ke-XVI tahun 2019 akan diselenggarakan di DKI Jakarta. Pertanyaannya kemudian,
bagaimana peluang Bapomi Papua? Tidak mudah untuk menjawab ini.
Meski cabor atletik dan renang
termasuk measurable (terukur), namun karena kurang optimalnya pembinaan dan
tidak adanya kompetisi (Pomwil atau Pomprov) di Papua maka hal ini membuat
kesukaran dalam memprediksi bagaimana kemampuan dan peluang atlet Papua.
Ketika pembinaan berjalan baik dan
kompetisi seperti Pomwil atau Pomprov dapat terlaksana maka saya mempunyai
hipotesis Bapomi Papua akan dapat berprestasi lebih baik lagi dari sebelumnya. Berada
disepuluh besar bukan mustahil bila proses pembinaan berjalan baik dan
kompetisi dapat digulirkan.***
*Dosen
FIK UNCEN dan sebagai
sekretaris Bapomi Papua Email: putra.uncen@gmail.com
(artikel ini pernah di muat di harian Cenderawashih Pos , November 2017)
0 komentar:
Posting Komentar