Oleh: Dr. Tri Setyo Guntoro,
M.Kes*
In
training everyone focuses on 90 percent physical and 10 perecent mental, but in
the races it’s 90 percent mental because there’s very little that separates us
physically at the elite level (Elka Graham, Australian
swimming legend)
PERKEMBANGAN zaman membawa banyak perubahan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam
olahraga. Orang bijak mengatakan bahwa perubahan adalah keniscayaan, apabila
kita tidak berubah maka kita akan digilas dengan perubahan.
Jaman dahulu, yaitu pada tahun 1896 ketika
Olimpiade dilaksanakan pertama kali, sangat bisa jadi pendekatan ilmiah masih
belum menyentuh ranah olahraga kala itu. Oleh karenanya, faktor kualitas fisik
menjadi hal yang dominan dari atlet. Bagaimana dengan sekarang? Tentu sangat
berbeda.
Dewasa ini, untuk mejadi atlet top maka bukan
hanya kualitas fisik yang menjadi faktor penentu. Kualitas mental juga menjadi
faktor yang krusial. Lihat apa yang dikatakan oleh Elka Graham di atas! Setiap
orang cenderung hanya memfokuskan pada latihan fisik dan mengesampingkan
latihan mental padahal di dalam lapangan, yaitu ketika bertanding faktor mental
mejadi lebih besar pengaruhnya dalam menentukan hasil pertandingan.
Pertanyaannya kemudian, bagaimana melatih
mental agar atlet kita memiliki mental juara? Dalam disiplin ilmu psikologi
olahraga disebutkan bahwa banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
atau memperbaiki mental atlet. Misalnya, latihan imajeri, konsentrasi,
relaksasi, goal setting dan lain sebagainya. Dengan melakukan latihan mental
tersebut maka mental atlet akan terbentuk dan sangat bisa jadi mereka akan
memiliki mental juara.
Kembali ke judul tulisan tersebut yaitu
“pentingkah pendekatan ilmiah dalam olahraga?” Sebagai seorang akademisi saya
menilai bahwa dengan persaingan yang semakin hari semakin ketat ini maka
menggunakan pendekatan ilmiah menjadi suatu keharusan dalam mengintervensi
prestasi olahraga. Apabila kita tetap bertahan dengan pendekatan konvensional
atau tradisional maka saya berhipotesis bahwa prestasi olahraga kita akan
stagnant dan yang lebih menghawatirkan adalah kita akan mengalami degradasi
prestasi. Apakah itu bisa terjadi? Sangat mungkin akan terjadi karena
kompetitor kita sudah menggunakan pendekatan ilmiah atau yag biasa disebut
dengan sports science approache.
Baru-baru ini saya dan Dekan FIK Uncen
diundang menghadiri Workshop Program Indonesia Emas (Prima), High Performance
Opertion Plan (Hipop) di Bandung. Dari workshop tersebut jelas semakin
menguatkan argumentasi saya bahwa pendekatan ilmiah dalam olahraga menjadi keharusan
dewasa ini ketika kita ingin prestasi olahraga meningkat.
Dalam sports science akan dikupas antara lain tentang bergerak
secara efektif dan efisien serta menghindari cedera. Hal ini masuk dalam
bahasan kinesiologi dan biomekanika; Pengembangan mental juara serta mengurangi
kegugupan (anxiety) ketika bertanding. Hal ini akan dibahas dalam psikologi
olahraga; Peningkatan daya tahan baik aerob maupun anaerob serta kaitannya
dengan sistem kardiorespirasi.
Hal ini akan dibahas dalam fisiologi olahraga;
Pola makan untuk para atlet, baik sebelum maupun sesudah bertanding bukan persoalan enak dan tidak atau tidak
berselera . Hal ini akan dibahas dalam gizi olahraga.
Sesunguhnya, masih banyak disiplin ilmu lainnya yang akan membantu kita dalam
memahami dan meningkatkan performance olahraga.
Perubahan pendekatan dalam pembinaan dan
peningkatan prestasi perlu dilakukan ketika kita menghendaki prestasi tinggi
dalam olahraga. Tanpa itu muskil rasanya prestasi yang optimal terwujud.
Menyelengarakan workshop prestasi olahraga seperti yang dilakukan oleh Koni
Papua kemarin patut diapresiasi (Cepos, 22/12/2015: Hal. 20). Kedepanya hal ini
perlu dimasifkan karena melalui kegiatan semacam itu perubahan pola pikir dari
para pelatih yang ada di Papua akan terjadi.
Pelatih tidak hanya melatih dengan cara
konvensional dan mengacu pada apa yang pernah mereka terima ketika dilatih
yaitu pada saat menjadi atlet. Tapi program latihan yang dibuat perlu
dikembangkan berdasarkan
data dengan mengacu pada pendekatan ilmiah. Apabila itu
dilakukan maka prestasi hanya soal waktu saja.
Dalam konteks olahraga, pelatih merupakan
garda terdepan karena melalui mereka atlet-atlet ditempa dan dibina. Itu
artinya, meningkatkan kompetensi serta keilmuan mereka menjadi prasyarat untuk
membawa prestasi. Apabila mereka tidak diberdayakan maka prestasi adalah sebuah
mimpi.
Dr. Greg Wilson(2015), Sport Scientist asal
Australia mengatakan “Indonesia is the
largest country in the world with population of 250 million people....
Indonesia should place in SEA Games, top 5 in Asian Games and top 10
in the Olympic Games. This is
Indonesia’s rightful place in world sport”.
Apa yang dikatakan oleh Wilson di atas bukanlah hisapan jempol semata.
Ketika kita mampu mengelola olahraga dengan benar dan tepat maka prestasi yang
dinanti besar kemungkinan akan mampu kita genggam
dan itu perlu waktu dalam pembinaan.
Pertanyaannya kemudian, bagaimana cara
mengelola olahraga yang benar dan tepat
? Tanpa bermaksud menyederhakan suatu
yang memang tidak sederhana, saya berargumen bahwa ketika berbicara dalam
konteks olahraga prestasi maka menggunakan pendekatan ilmiah dalam mengelola olahraga
menjadi pondasi yang kuat untuk mencapai prestasi. Tanpa itu, kita akan
bergelut dengan malapraktik dalam olahraga, yaitu kita mengelola olahraga
dengan salah. Semoga ini tidak terjadi, amin. ***
*Dosen
FIK UNCEN
Email:
tsguntoro09@gmail.com
0 komentar:
Posting Komentar