Minggu, 04 Januari 2015

Pelajaran dari Momentum Bisnis di Tahun Baru

Oleh: Dr. Hariman Dahrif, S.Pi, MTP *)

TAHUN 2015 baru saja kita tinggalkan dengan gempita euforia  yang  membahana.  Di tingkat masyarakat nampak riuhnya suara trompet, deringnya bunyi petasan, lengkingan musik dengan penyanyinya bagian yang tak terpisahkan dari setiap perayaan tahun baru.
  Sebaliknya ditingkat elitis perilaku perenungan yang dibalut dengan nuansa seremenial juga tidak pernah absen.  Menumpuk rakyatnya untuk bersama menikmati pesta, berkelana sambil mencitrakan diri dekat dengan rakyat atau menetap sambil bercengkrama dengan kaum kerabat?. Pokoknya pesan-pesan perayaan yang  bersifat konsumtif adalah bagaian yang menjustifikasi dalam setiap pergantian tahun.  Pertanyaan kita sebenarnya apa manfaat dari perayaan yang dipenuhi dengan kemewahan itu?. 
 Segelintir orang pasti menjawab itu pertanyaan konyol, tidak kau saksikan berapa banyak kaum kaki lima penyanggah ekonomi di negara ini mengambil peluang?. Lihatlah pedagang trompet, petasan, penjual bakso, makanan ringan. Itu baru ditingkat penjual (tersier).  Bagaimana ditingkat perantara (distribusi), atau bagaimana ditingkat produsen?.
 Lihat saja untuk pembuatan trompet saja batasan etika  bisa dilampaui hanya demi rupiah sesaat, (kasus: trompet dengan kertas berlabel huruf kitab suci).  Pendek kata begitu menggiurkannya bisnis yang sifatnya sesat ini!. Fenomena ini tidak terjadi jika tidak menjanjikan keuntungan yang fantastik. Bahkan salah seorang penjual trompet di Abe yang sempat penulis wawancarai mengatakan “bila penjualan baik, keuntungan memang tidak seberapa Pak?, paling-paling bisa beli motor baru”. Sebuah ungkapan yang verbalistik nan sentimentil tapi faktual. Pendeknya kalau bisa selamanya tahun barulah, supaya kami bisa memanfatkan peluang ini selamanya!.
  Ungkapan inilah yang harus digaris bawahi “bagaimana mempertahankan peluang tersebut?”.  Barangkali sesuatu yang utopia, bukankah tahun baru itu sekali saja setiap tahun.  Mungkin momentumnya bisa saja terbatas tetapi spirit (nuansa) bisnis dibalik momentum itulah yang mestinya ditelisik. 
 Hal yang menjadi pelajaran dari momentum bisnis di tahun baru: (1) dinamisnya perekonomian ditingkat lapisan bawah. Meskipun dinamis tetapi bila ditelisik kedalam sesungguhnya penuh dengan pertarungan.  Banyaknya keluhan akan pungli yang diperankan oknum-oknum tertentu dengan dalih apa saja, menjadi preseden buruk terciptanya distorsi ekenomi dipasar lokal.  Hal ini sebenarnya menjadi perhatian serius dari yang berwenang untuk menciptakan iklim bisnis yang sehat dan berkelanjutan ke depan. 
 (2) sifat konsumerisme masyarakat lapisan menengah dan atas.  Momentum ini baik, bila kita mendasarkan ekonomi pada skala konsumtif.  Tetapi sifatnya yang temporal menjadi tidak memiliki pengaruh yang berarti.  Kondisi ini berakibat tingkat inflasi di akhir tahun juga meningkat.  Akibatnya seberapa pun penghasilan masyarakat yang tumbuh dari bisnis di akhir tahun, sebagian akan terlahap oleh tingginya inflasi.  Kita mengharapkan pertumbuhan ekonomi ditopang oleh sektor produksi sehingga memiliki daya tahan dari segala keadaan.    
 Hal-hal dibalik fenomena tersebut hendaknya menjadi catatan bila pemerintah berketetapan hati mengelola peluang ekonomi yang dilahirkan dalam kondisi sesaat (temporal).  Munkin ada beberapa hal yang perlu dilakukan menurut penulis, (1)  Fenomana bisnis awal tahun menjadi pembelajaran berharga bagi pemerintah untuk lebih atraktif menelurkan kebijakan. Contoh, perlunya regulasi perlindungan alur distribusi barang. 
 Regulasi ini penting sebab fenomena bisini diawal tahun terkadang memicu munculnya interpreurship muda untuk berbisinis, sehingga keberpihakan pemerintah sangat diperlukan. (2) menjaga atau menawarkan momentum konsumtif dari lapisan masyarakat menengah dan atas untuk berinvestasi di skala produksi sehingga terjadi pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.  Peran pemerintah disini menawarakan enclove-enclove kota yang memiliki daya tarik untuk berbisnis, (3) mewadahi dan memfasilitasi kedua lapisan pelaku  melalui wadah-wadah yang tetap. Seperti asoasiasi-asosiasi untuk memudahkan pembinaan selanjutnya.
 Pada akhirnya mesti secara bisnis berbagai peluang di akhir tahun banyak yang dimanfaatkan oleh masyarakat, tetapi perlu diingat bahwa peluang bisnis ini hanya dinikmati masyarakat kota (urban) sedangkan mereka di pedesaan (rural) hampir pasti tidak mendapatkan manfaat, akibatnya kesenjangan Kota dan Desa tetap langgeng. Tidak hanya itu hal yang tidak bisa dipungkiri dari  fenomenan bisnis di akhir tahun terkadang melahirkan perilaku hedonisme dikalangan remaja yang memicu berbagai kriminalitas.  Inilah tugas pemerintah berikutnya untuk mengantisipasinya ke depan. #
___________
*) Pemerhati Sosial Ekonomi serta isu-isu kebangsaan di Papua, tinggal di Aryoko-Jayapura; harimandarif@yahoo.co.id (Dosen di Pengajar di UNIYAP)
(artikel ini pernah dimuat di Harian Cenderawasih Pos - Januari 2015)


0 komentar:

Posting Komentar