Kamis, 01 Januari 2015

Pendidikan Sebagai Pintu Masuk pembangunan Kemanusiaan di Era Globalisasi

Oleh Silvester Bobii  *

 DI INDONESIA dalam membangun dunia pendidikan yang ideal zaman sekarang, tentunya membutuhkan pendidikan yang maksimal dari segi pengajar, kesejahteraan guru, sarana dan prasarana yang memadai agar pendidikan dapat memanusiakan manusia dan tidak terjadi keanekaragaman konflik, kemiskinan, kekerasan, korupsi di mana-mana. Sebab hanya melalui pendidikanlah akan membangun kemanusiaan di era globalisasi dengan memperhatikan hal-hal yang mendukung pendidikan itu sendiri. Supaya manusia mengalami dan merasakan kesejahteraan, kedamaian dan kebahagian dari pendidikan.  
 Zaman sekarang pendidikan sangat penting karena pendidikan itu awal atau pintu masuk membangun manusia dari berbagai segi seperti akal budi, kepribadian dan lainnya. Pendidikan merupakan suatu proses dan pelayanan atau perbuatan menjadikan  manusia sebagai manusia sesuai eksistensi dirinya. 
 Pendidikan juga merupakan suatu kegiatan menerima, memberikan dan menanamkan kebiasaan setempat supaya generasi bangsa meneruskannya sebagai suatu proses pembangunan melalui bakat dan minat yang diembankan kepadanya secara efesien. Keefesienan pendidikan akan nyata jika dari pemerintahan itu sendiri berpendidikan dan memberikan pendidikan. 
 Maksudnya bahwa dalam suatu negara jangan duduk diam tetapi harus memberikan pendidikan dan pengajaran bagi anak sambil kebebasan seorang anak dalam mengikuti pendidikan disesuaikan dengan usia didik, kemampuan, demi membangun nilai kemanusiaan. Sehingga pendidikan itu merupakan pintu masuk pembangunan manusia secara universal melalui suatu proses, melalui pelayanan, melalui komunikasi dari manusia ke manusia dan secara informal maupun non formal yang disesuaikan dengan perkembangan manusia itu sendiri. 
 Supaya manusia itu dapat menemukan dirinya sebagai manusia bahwa manusia yang memiliki intelektual/akal budi, manusia yang memiliki kerohanian dan manusia yang memiliki budaya serta memiliki kehendak bebas. Kebebasan untuk bertindak secara professional dalam berbagai bidang kehidupan. 
 Maka pengertian pendidikan secara khusus yaitu suatu proses interaksi belajar mengajar dalam bentuk formal yang dikenal sebagai pengajaran. Sehingga dalam pendidikan itu saling mendukung, melengkapi, melayani antara keberadaan pengajar, siswa-siswi dan dari segi sarana dan prasarana pun memadai. 
  Pendidikan yang memadai akan memanusiakan manusia sejak kecil yang dihadapkan pada tantangan dunia modern supaya manusia dapat mecintai yang baik dan mejauhi yang melahirkan berbagai konflik, korupsi, kekerasan, pemerkosaan dan pembunuhan yang selalu meningkat. Meningkatnya berbagai masalah di mana-mana karena kemapaman pendidikan itu belum menyentuh atau belum menggigit sampai pada individu sesuai kepribadian sejak dini (usia perkembangan), kebudayaan, pengajar/guru, sarana dan prasarana juga tidak memadai. 
 Padahal hal-hal inilah yang mendukung perkembangan pendidikan seperti pengajar/guru dan sarana-prasarana. Pengajar/guru dalam melaksanakan peran dan tugas yang diemban oleh guru tersebut, guru harus nyatakan dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya sebagai pendidik di sekolah. Misalnya guru dalam proses pembelajaran; Seorang guru adalah pendidik professional mempunyai tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Dengan demikian peran guru sangat dominan dalam membentuk peserta didik menjadi manusia yang berkualitas. 
  Sedangkan sarana dan prasarana merupakan alat penunjang keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan di dalam pelayanan publik, karena apabila kedua hal ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana. 
 Secara etimologisnya prasarana berarti alat tidak langsung untuk mencapai tujuan dalam pendidikan seperti lokasi, bangunan sekolah, lapangan olahraga, uang dll. Sedangkan sarana berarti alat langsung untuk mencapai tujuan pendidikan seperti ruang, buku, perpustakaan, laboratorium dll. Semua sarana dan prasarana ini harus dilengkap  di sekolah. Sekolah yang merupakan lembaga sosial yang keberadaannya merupakan bagian dari sistem sosial bangsa yang bertujuan untuk mencetak manusia bermoral, bertanggung jawab, beriman, sehat jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan dan keterampilan, berkepribadian yang mantap dan mandiri melalui sarana prasarana dalam kegiatan pembelajaran, maka peserta didik, guru dan sekolah akan terkait secara langsung. 
 Peserta didik akan lebih terbantu dengan dukungan sarana prasarana pembelajaran. Tidak semua peserta didik mempunyai tingkat kecerdasan yang bagus sehingga penggunaan sarana prasarana pembelajaran akan membantu peserta didik, khususnya yang memiliki kelemahan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Bagi guru akan terbantu dengan dukungan fasilitas sarana prasarana. Kegiatan pembelajaran juga akan lebih variatif, menarik dan bermakna di dunia pendidikan. 
 Dalam dunia pendidikan yang menjadi faktor utama berkurangnya pendidikan yaitu kurangnya tenaga guru karena jangkauan jaringan komunikasi, khususnya bagi para guru yang cenderung turun ke kota dan kembali dalam jangka waktu yang hampir lebih dari tiga bulan hanya untuk berkomunikasi dengan keluarga mereka dan meninggalkan pengabdiannya sebagai seorang guru. Faktor yang lain juga karena alasan stress dan sulit beradaptasi dengan lingkungan tempat para guru bertugas, biasanya para guru sakit dan kurangnya tenaga medis serta fasilitas medis di pedalaman yang membuat para guru harus di rujuk ke kota untuk menjalani pengobatan kesehatannya. 
 Setelah sembuh dari penyakitnya, karena keenakan di kota sehingga membuat mereka menjadi ingin berlama-lama di kota tanpa memikirkan tugas dan tanggung jawab mereka di tempat tugas mereka. Selain itu pula karena banyak tunjangan para guru yang menunggak selama beberapa bulan, sehingga membuat mereka, merasa bahwa  mereka menjalankan tanggung jawab mereka tanpa menerima hak mengajar mereka, jadi mereka turun ke kota selama berbulan-bulan untuk menunggu menerima hak mengajar mereka.
  Dan juga karena adanya tenaga para guru yang dimasukan dalam jabatan struktural masyarakat seperti  wakil kepala kampung atau seksi-seksi tertentu dalam kemasyarakatan. Sehingga jika ada rapat-rapat tertentu di walikota misalnya para guru meliburkan murid-muridnya dan mengikuti urusan politik bersama kepala kampung di kota. Dan juga kurang adanya perhatian pemerintah akan dunia pendidikan. Pemerintah lebih mementingkan dan mengutamakan kepentingan pribadi, Otsus dan urusan politik lainnya. Sehingga tenaga pengajar, kesejahteraan guru, sarana dan prasarana menjadi kurang diperhatikan. Hal ini membuat perkembangan pendidikan yang seharus diprioritaskan kepada manusia tetapi menjadikan manusia statis.
 Dengan demikian yang menjadi pintu masuk pendidikan di Indonesia agar dapat berjalan dengan baik dan benar apabila pertama, pemerintah memperhatikan pendidikan secara menyeluruh di pelosok Indonesia baik, tenaga guru, kesejahteraannya maupun sarana dan prasarana pendidikan dan juga pemerintah harus membuat ketegasan-ketegasan dalam bentuk peraturan yang harus ditaati oleh setiap guru. Kedua, membangun manusia dalam perkembangan manusia itu sendiri melalui media-media maupun pengajaran-pengajarannya. Sehingga kita mengetahuinya sebagai manusia yang bermartabat di zaman globalisasi. 
 Ketiga, pada zaman ini sangat penting membangun dan memperjuangkan nilai kebudayaan setempat melalui pendidikan. Karena ketika kita melihat dengan mata kita bahwa di Indonesia dari segi budayanya sangat kaya. Namun semuanya sudah hilang eksistensinya di depan mata kita. Manusia Indonesia menjadi miskin atas kekayaannya. Keempat, pendidikan sebagai pintu masuk mengasa kemampuan yang ada pada setiap manusia. Sebab manusia Indonesia diperbodohi atas kemampuan yang sangat luar biasa. 
 Hal ini karena akibat kecelakaan pendidikan yang tidak memanusiakan manusia Indonesia pada umumnya. Kelima, harus melengkapi sarana dan prasarana pendidikan itu sendiri. Pendidikan dari segi sarana yang tidak memadai membuat profesionalitas pengajar yang tidak baik dari berbagai segi pendidikan. Misalnya seorang pengajar setiap bulan dan setiap tahun ke kota dengan berbagai alasan tertentu supaya tidak mau mengajar. 
 Pada hal kita tahu bahwa hanya dengan pendidikan inilah akan menciptakan manusia-manusia berakal budi dan bermartabat sebagai generasi-generasi bangsa sekaligus tulang punggung bangsa Indonesia di era globalisasi. Maka di era globalisasi ini kita jangan berpikir kepentingan pribadi tetapi kita harus berpikir transparan, dinamis, universala terhadap pendidikan yang merupakan pintu masuknya pembangunan nilai-nilai kemanusiaan agar tidak lagi terjadi korupsi di mana-mana, konflik, kekerasan, penindasan, pembodohan, pemerkosaan dan pembunuhan di bangsa Indonesia ini.
  
* Penulis Mahasiswa Pada Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi STFT “FAJAR        TIMUR”    Abepura - Papua

0 komentar:

Posting Komentar