(Sebuah
Refleksi: “pastoral Keselamatan”)
oleh RD.John Djonga)
SEORANG perempuan cantik yang saya kenal sekitar tahun 2000 an, namanya Latifa Anum
Siregar. Waktu itu saya bertugas di Waris, wilayah perbatasan RI dan PNG. Melihat kondisi masyarakat asli yang penuh
dengan trauma politik sejak tahun 1970 an. Masyarakat Distrik Waris semua
mengungsi ke Negara tetangga. Bertahun-tahun
mereka hidup di hutan, tempat pengungsian yang penuh derita. Mereka baru
kembali ke kampung sekitar
tahun 1980an. Untuk itu saya mengajak
ibu Anum sebagai Direktur ALDP membuat program-program di Waris. Ada program
penyuluhan hukum dan demokrasi, Sosialisasi
KDRT, ekonomi keluarga, Hak-hak dasar perempuan dan penyuluhan HIV
dan AIDS. Sejak itu saya sangat dekat dengan ibu Anum.
Hampir 15 tahun, dukungan dan bantuan ibu Anum untuk karya
pelayanan pastoral saya sangat besar. Ibu Anum setiap kali saya minta bantuan untuk
Penyuluhan hukum, mendampingi korban, masalah Hak-hak dasar perempuan dll, tak pernah di tolak. Bahkan Ia
sering ikut ke kampung-kampung
untuk merayakan Pesta Natal dan Paskah. Pada
kesempatan itu ibu Anum membuat rapat, penyuluhan
bersama masyarakat atau kelompok mama-mama. Ibu
Anum menjadi narasumber yang serba bisa. Ia tidak pernah menolak. Komitmennya
untuk orang kecil tak pernah surut.
Anum adalah
seorang Pengacara. Dia
mengabdikan seluruh hidupnya demi menegakkan HAM, Hukum,Kebenaran dan Keadilan di tanah Papua dan Indonesia umumnya. Para kliennya adalah mereka yang tidak dapat bersuara untuk
membelah diri. Mereka adalah orang asli Papua sebagai TAPOL NAPOL yang belum di sidang namun
sudah divonis.
“Kebenaran tertanam di dalam hati setiap manusia dan
seseorang harus mencarinya di sana, dan untuk dipandu oleh kebenaran
sebagaimana ia melihatnya. Namun,tidak
ada seorangpun yang berhak untuk memaksa orang lain untuk bertindak mengikuti
pandangan pribadinya atas kebenaran. ”Demikian
ungkapan Mahatma Gandhi,
dalam buku Gandhi the Man. Bagi banyak orang untuk membelah Kebenaran, Keadilan, Kejujuran tidak terlalu
tertarik karena penuh dengan kepentingan
dan suap menyuap. Bagi ibu Anum
Resiko apapun Ia tetap maju. Ia harus lawan dan lawan. Lawan dengan instrument hukum yang berlaku di Indonesia.
Anum yang Saya Kenal
Awalnya saya mengenal
Latifah Anum Siregar SH,MH sebagai Direktur ALDP. Karena itu saya banyak mendapat program untuk masyarakat di wilayah
perbatasan. Mulai dari di Distrik Arso, Waris, Senggi, Yuruf, Ubrub sampai Towe Hitam. Kepada masyarakat di wilayah perbatasan itu,
mereka mengenal Anum sebagai, pendamping,
motifator, pembelah yang gigih berani dengan visi misi kepemimpinan yang
membebaskan. Anum bukan perempuan biasa. Ia
perempuan yang bisa semua. Sekitar 15 tahun lebih saya mengenalnya. Pelayanan
dan dedikasinya bagi masyarakat Papua tidak ada batas dan patok-patok social. Ia diterima dimana saja dan menerima semua orang tanpa pandang bulu,agama,suku
dll.
Ruang kerja ibu Anum hampir seluruh tanah Papua. Hari-hari yang Anum belah adalah
kelompok-kelompok pejuang Papua yang oleh pemerintah Indonesia disebut OPM,TPN,
Separatis, yang terakhir di sebut KKB.Ia tampil betul
sebagai pembela mulai dari bapak Theys Eluyai sampai dengan Areki Wanimbo yang
mendapat bebas murni dari Pengadilan
Negeri Wamena tgl 7 mey 2015.Tentu saja Anum tidak
bekerja sendiri. Ia punya teman dan jaringan yang banyak untuk berjuang
bersama. Kunci utama yang saya lihat pada diri Anum adalah TEKUN BERPUASA dan
SOLAT. Karena itu Anum adalah perempuan Saleh dan Ulet,Tangguh dan Gesit. Kayanya Anum tidak pernah lelah untuk
terbang ke Wamena, Biak, Nabire, Manokwari, Serui, Sorong, Timika, Merauke dll demi untuk mendampingi kliennya.
Perempuan Pejuang HAM yang ulet,berani dan
tidak pernah kapok. Anum mengalami banyak tantangan. Mulai
dari pengalaman di TEROR, di Sindir dan ANCAMAN PEMBUNUHAN di Wamena. Namun itu
semua Anum lewati dengan tenang dan biasa saja. Anum pernah mengutip kata-kata
peneguhan dari pdt.Octo ”barang siapa bekerja dengan baik, hati dan jujur di tanah ini Ia akan memperoleh
muzisat dari mujisat jisat ke
mujisat yang lain”. Artinya bagi seorang Anum
Siregar, ungkapan dari tokoh spiritual ini menjadi sumber kekuatan dan keberanian
bagi Anum untuk berjuang terus.
Berjuang terus.
Pengacara tulen demi penegakan hukum dan keadilan. Sikap pantang kekerasan tidak mungkin sejalan
dengan sikap pengecut. Ragu-ragu dan tidak konsisten.Tetapi bagi Anum
demi penegakkan hukum dan keadilan, Ia tidak penah ragu-ragu.
Komitmennya sangat kuat dan tetap konsisten.
Gwangju prize for humen right Award. Award ini sangat bergengsi bagi para pejuang
HAM di Asia. Anum menerima Penghargaan
di Gwangju tanggal 18 Mei 2015. Menurut tim yuri yang terdiri dari 7
orang pakar dan tokoh terkenal di Korea Selatan bahwa atas dedikasinya bagi kaum yang tak mampu membela dirinya,Anum
Seregar SH,MH hadir ditengah mereka.
Anum juga adalah seorang Perempuan amber
yang sangat kuat komitmennya untuk Perdamaian dan demokrasi di tanah
Papua.bAnum sebagai anggota
tim inti dalam Jaringan Damai Papua(JDP) yang di koordinir oleh DR. Neles
Tebay.
Papua daerah potensial konflik. Entah horizontal maupun
fertikal. Entah dalam suku sendiri
maupun dengan suku lain sesama
papua. Hampir setiap saat, terjadi
Kekerasan, teror dan pembunuhan. Papua tidak pernah
luput dari tragedy-tragedi kemanusiaan. Satu dua tahun terakhir yang selalu
melakukan Kekerasan di Papua adalah aparat penegak hukum. Polisi mendapat nilai tertinggi pelaku tindak kekerasan di tanah
Papua. Maka ada masyarakat yang tidak
simpatik kepada aparat polisi.
Anum Perempuan Saleh, yang tekun berpuasa dan solat. Karena
tekun berpuasa dan solat, Anum punya kemampuan ekstra dalam hidupnya. Bahkan saya melihatnya sebagai perempuan
saleh.
Tak dapat saya bayangkan energy yang ada dalam diri Anum. Anum
punya energy yang luar biasa. Pernah
Anum datang dari Jayapura wamena ,kembali
Jayapura dan langsung Sorong. Perjalanan
yang melelahkan, namun biasa saja bagi Anum. Di balik semua aktifitas yang
begitu padat Anum ternyata seorang perempuan Saleh yang tekun berpuasa dan
solat. Itulah yang menjadi sumber kekuatan dari Anum Siregar dalam menjalankan tugas pelayanan sebagai
seorang pengacara. Anum sangat layak mendapat penghargaan Gwangju prize Human
Right Award 2015. Maju
terus,untuk penegakan hukum dan pembelaan HAM di tanah
Papua. Tuhan memberkatimu. Selamat berjuang.!
Hepuba Asolokobal Wamena Jantung Tanah Papua
Pastor John Djonga
( Tulisan ini pernah dimuat di Harian Cenderawasih Pos - Juni 2015)
0 komentar:
Posting Komentar