Rabu, 03 Juni 2015

Latifah Anum Siregar SH,MH: Pengacara yang Terpanggil untuk Membebaskan Manusia Tapol Napol, Sebuah Karya Keselamatan.


(Sebuah Refleksi: “pastoral Keselamatan”)
 oleh RD.John Djonga)

SEORANG perempuan cantik yang saya kenal sekitar tahun 2000 an, namanya Latifa Anum Siregar. Waktu itu saya bertugas di Waris, wilayah perbatasan RI dan PNG. Melihat kondisi masyarakat asli yang penuh dengan trauma politik sejak tahun 1970 an. Masyarakat Distrik Waris semua mengungsi ke Negara tetangga. Bertahun-tahun mereka hidup di hutan, tempat pengungsian yang penuh derita. Mereka baru kembali ke kampung sekitar tahun 1980an. Untuk itu saya mengajak ibu Anum sebagai Direktur ALDP membuat program-program di Waris. Ada program penyuluhan hukum dan demokrasi, Sosialisasi KDRT, ekonomi keluarga, Hak-hak dasar perempuan dan penyuluhan HIV dan AIDS. Sejak itu saya sangat dekat dengan ibu Anum.
Hampir 15 tahun, dukungan dan bantuan ibu Anum untuk karya pelayanan pastoral saya sangat besar. Ibu Anum setiap kali saya minta bantuan untuk Penyuluhan hukum, mendampingi korban, masalah Hak-hak dasar perempuan dll, tak pernah di tolak. Bahkan Ia sering ikut ke kampung-kampung untuk merayakan Pesta Natal dan Paskah. Pada kesempatan itu ibu Anum membuat rapat, penyuluhan bersama masyarakat atau kelompok mama-mama. Ibu Anum menjadi narasumber yang serba bisa. Ia tidak pernah menolak. Komitmennya untuk orang kecil tak pernah surut.
Anum adalah seorang Pengacara. Dia mengabdikan  seluruh hidupnya  demi menegakkan HAM, Hukum,Kebenaran dan Keadilan di tanah Papua dan Indonesia umumnya. Para kliennya  adalah mereka yang tidak dapat bersuara untuk membelah diri. Mereka adalah orang asli Papua  sebagai TAPOL NAPOL yang belum di sidang namun sudah divonis.
“Kebenaran tertanam di dalam hati setiap manusia dan seseorang harus mencarinya di sana, dan untuk dipandu oleh kebenaran sebagaimana ia melihatnya. Namun,tidak ada seorangpun yang berhak untuk memaksa orang lain untuk bertindak mengikuti pandangan pribadinya atas kebenaran. ”Demikian ungkapan Mahatma Gandhi, dalam buku Gandhi the Man. Bagi banyak orang untuk membelah Kebenaran, Keadilan, Kejujuran tidak terlalu tertarik  karena penuh dengan kepentingan dan suap menyuap. Bagi ibu Anum Resiko apapun Ia tetap maju. Ia harus lawan dan lawan. Lawan dengan instrument hukum yang berlaku di Indonesia.
Anum yang Saya Kenal
 Awalnya saya mengenal Latifah Anum Siregar SH,MH sebagai Direktur ALDP. Karena itu saya banyak mendapat program untuk masyarakat di wilayah perbatasan. Mulai dari di Distrik Arso, Waris, Senggi, Yuruf, Ubrub sampai Towe Hitam. Kepada masyarakat di wilayah perbatasan itu, mereka mengenal Anum sebagai, pendamping, motifator, pembelah yang gigih berani dengan visi misi kepemimpinan yang membebaskan. Anum bukan perempuan biasa. Ia perempuan yang bisa semua. Sekitar 15 tahun lebih saya mengenalnya. Pelayanan dan dedikasinya bagi masyarakat Papua tidak ada batas dan patok-patok social. Ia diterima dimana saja dan menerima  semua orang tanpa pandang bulu,agama,suku dll.
Ruang kerja ibu Anum hampir seluruh tanah Papua. Hari-hari yang Anum belah adalah kelompok-kelompok pejuang Papua yang oleh pemerintah Indonesia disebut OPM,TPN, Separatis, yang terakhir di sebut KKB.Ia tampil betul sebagai pembela mulai dari bapak Theys Eluyai sampai dengan Areki Wanimbo yang mendapat bebas murni dari Pengadilan Negeri Wamena tgl 7 mey 2015.Tentu saja Anum tidak bekerja sendiri. Ia punya teman dan jaringan yang banyak untuk berjuang bersama. Kunci utama yang saya lihat pada diri Anum adalah TEKUN BERPUASA dan SOLAT. Karena itu Anum adalah perempuan Saleh dan Ulet,Tangguh dan Gesit. Kayanya Anum tidak pernah lelah untuk terbang ke Wamena, Biak, Nabire, Manokwari, Serui, Sorong, Timika, Merauke dll demi untuk mendampingi kliennya.
Perempuan Pejuang HAM yang ulet,berani dan tidak pernah kapok. Anum mengalami banyak tantangan. Mulai dari pengalaman di TEROR, di Sindir dan ANCAMAN PEMBUNUHAN di Wamena. Namun itu semua Anum lewati dengan tenang dan biasa saja. Anum pernah mengutip kata-kata peneguhan dari pdt.Octo ”barang siapa bekerja dengan baik, hati dan jujur di tanah ini Ia akan memperoleh muzisat dari mujisat jisat ke mujisat yang lain”. Artinya bagi seorang Anum  Siregar, ungkapan dari tokoh spiritual  ini menjadi sumber kekuatan dan  keberanian  bagi Anum  untuk berjuang terus. Berjuang terus.
Pengacara tulen demi penegakan hukum dan keadilan.  Sikap pantang kekerasan tidak mungkin sejalan dengan  sikap  pengecut. Ragu-ragu  dan tidak konsisten.Tetapi  bagi Anum  demi penegakkan hukum dan keadilan, Ia tidak penah ragu-ragu. Komitmennya sangat kuat dan tetap konsisten.
Gwangju prize for humen right Award.  Award ini sangat bergengsi bagi para pejuang HAM di Asia. Anum menerima Penghargaan  di Gwangju tanggal 18 Mei 2015. Menurut tim yuri yang terdiri dari 7 orang pakar dan tokoh terkenal di Korea Selatan bahwa atas dedikasinya  bagi kaum yang tak mampu membela dirinya,Anum Seregar SH,MH hadir ditengah mereka.   Anum juga adalah seorang Perempuan amber  yang sangat kuat komitmennya untuk Perdamaian dan demokrasi di tanah Papua.bAnum sebagai anggota tim inti dalam Jaringan Damai Papua(JDP) yang di koordinir oleh DR. Neles Tebay.
Papua daerah potensial konflik. Entah horizontal maupun fertikal. Entah dalam suku sendiri maupun dengan suku lain sesama papua. Hampir setiap saat, terjadi Kekerasan, teror dan pembunuhan. Papua tidak pernah luput dari tragedy-tragedi kemanusiaan. Satu dua tahun terakhir yang selalu melakukan Kekerasan di Papua adalah aparat penegak hukum. Polisi mendapat nilai tertinggi pelaku tindak kekerasan di tanah Papua. Maka ada masyarakat yang tidak simpatik kepada  aparat polisi.
Anum Perempuan Saleh, yang tekun berpuasa dan solat. Karena tekun berpuasa dan solat, Anum punya kemampuan ekstra dalam hidupnya. Bahkan saya melihatnya sebagai perempuan saleh.
Tak dapat saya bayangkan energy yang ada dalam diri Anum.  Anum punya energy yang luar biasa. Pernah Anum datang dari Jayapura wamena ,kembali Jayapura  dan langsung Sorong. Perjalanan yang melelahkan, namun biasa saja bagi Anum. Di balik semua aktifitas yang begitu padat Anum ternyata seorang perempuan Saleh yang tekun berpuasa dan solat. Itulah yang menjadi sumber kekuatan dari Anum  Siregar  dalam menjalankan tugas pelayanan sebagai seorang pengacara.  Anum sangat layak  mendapat penghargaan Gwangju prize Human Right Award 2015. Maju terus,untuk penegakan hukum dan pembelaan HAM di tanah Papua. Tuhan memberkatimu. Selamat berjuang.!


Hepuba Asolokobal Wamena Jantung Tanah Papua

Pastor John Djonga
( Tulisan ini pernah dimuat di Harian Cenderawasih Pos - Juni 2015)

0 komentar:

Posting Komentar