Senin, 05 Januari 2015

Mewaspadai Bencana di Musim Penghujan

Oleh Edi Wibowo*)
BENCANA alam tidak dapat di hindari. Beragam bencana seperti banjir, tanah longsor, gempa bumi, tsunami, kebakaran hutan dll menjadi suatu hal yang sangat tidak di inginkan semua orang. Meski begitu kita tidak dapat meprediksikan kapan bencana itu sendiri akan datang. Terlebih lagi saat ini Indonesia sedang dalam musim penghujan dan tentunya ada sederet bencana alam yang dapat terjadi khususnya di Kota Jayapura.
   Masih erat di benak kita peristiwa banjir tahun lalu tanggal 22 Februari 2014 yang terjadi di Kota Jayapura, yang mana juga menimbulkan kerugian materi akibat banyaknya infrastruktur dan rumah warga yang rusak. Bahkan banjir ini juga menelan 11 korban jiwa dan tentunya melumpuhkan kota Jayapura untuk beberapa hari. BMKG mencatat pada saat banjir 22 Februari 2014 kemarin memang terjadi hujan yang terukur sebesar 238.3 mm, hujan seperti ini masuk dalam kategori sangat lebat. Curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan berbagai bencana hidrometeorologis seperti banjir dan longsor. Banjir merupakan kejadian saat kelebihan air yang tidak tertampung oleh saluran drainase sehingga menimbulkan genangan yang merugikan. Curah hujan yang tinggi bukan satu-satunya penyebab banjir, faktor mausia (antropogenik) juga menjadi penyebab terjadinya banjir.  
   Tidak hanya banjir, tanah longsor pun memiliki dampak yang sama buruknya. Tanah longsor dapat terjadi akibat adanya perubahan-perubahan yang mengakibatkan gangguan kestabilan lereng di mana saat kekuatan dari material yang membentuk lereng dilampaui oleh tekanan lereng bagian bawah. Meningkatnya kandungan air yang di sebabkan oleh hujan lebat atau naiknya air tanah akan mengurangi daya tahan lereng. Runtuhnya tanah di lereng bukit tentunya menjadi momok menakutkan bagi warga yang bermukim di lereng bukit terutama di musim penghujan yang membuat potensi kemungkinan terjadinya tanah longsor menjadi lebih besar.
   Tentunya banjir dan tanah longsor ini sebenarnya tidak identik dengan kota Jayapura yang terkenal masih hijau dan masih banyak pepohonan yang ridang. Tapi mengapa akhir-akhir tahun ini saat musim penhujan datang Jayapura malah sering terkena bencana?   
   Jawabannya kembali ke pada diri masing-masing di mana kesadaran masyarakat Jayapura akan lingkungan masih sedikit. Tentunya sangat miris kota tercinta kita ini malah mendapat bencana karena ulah warganya sendiri. Salah satu faktor  penyebab terjadinya banjir dan tanah longsor dari unsur antropogenik adalah berkurangnya daerah catchment area (daerah resapan air hujan) akibat penebangan liar dan peralihan fungsi hutan menjadi lahan pembangunan rumah untuk tempat tinggal di wilayah hulu (Puncak gunung/perbukitan) seperti KPR (Kompleks Perumahan Rakyat). Hal ini berpengaruh terhadap bisa tidaknya air hujan mengalir dengan lancar. Secara alami, air hujan yang turun ke tanah akan mengalir ke tempat yang lebih rendah. Untuk daerah perkotaan pada umumnya air hujan yang turun akan di alirkan masuk ke dalam saluran-saluran pembuangan yang mengalir ke arah sungai. Namun acap kali saluran pembuangan tersebut tidak mampu menampung debit air yang mengalir sehingga terjadi banjir. Penyumbatan saluran pembuangan karena sampah juga menjadi salah satu penyebab banjir. 
   Kebiasaan buruk  masyarakat  Kota  Jayapura seperti membuang sampah ke aliran sungai ataupun selokan dan penebangan pohon di lereng bukit untuk membuka lahan perkebunan juga  menjadi salah satu factor utama terjadinya banjir dan juga tanah longsor. Kebiasaan buruk ini yang akhirnya justru malah merugikan masyarakat itu sendiri. 
   Melihat dari bencana banjir dan longsor yang terjadi di tahun-tahun belakangan ini, kita dapat menyimpulkan bahwa potensi bencana musim penghujan di Jayapura terjadi di awal-awal tahun di mana Jayapura memang sedang mengalami musim hujan. Musim hujan ini terjadi karena angin yang bertiup dari arah benua Asia membawa banyak uap air sehingga ketika sampai di Jayapura terjadilah hujan. Dan menurut BMKG puncak musim penghujan terjadi di bulan Januari – Februari.

Langkah Antisipatif
   Sudah saatnya masyarakat Kota Jayapura melakukan tindakan pencegahan dalam menghadapi bencana di musim penghujan. Karena mencegah bencana datang lebih mudah dari pada menaggulangi bencana yang telah terjadi. Sebelum bencana datang, alangkah baiknya jika masyarakat bertindak antisipatif. Beberapa langkah sederhana antara lain, memperbaiki saluran pembuangan, membersihkan selokan dan membuat biopori di pekarangan rumah.
   Melihat pemetaan wilayah Kota Jayapura yang rawan akan potensi banjir dan tanah longsor sebelum mendirikan pemukiman bisa menjadi salah satu langkah bijak. Karena letak geografis Kota Jayapura sendiri yang bermacam-macam dari perbukitan hingga dataran rendah.
   Masyarakat juga bisa memantau peringatan dini tentang bencana alam di situs BMKG.go.id yang bisa di akses 24 jam. Tentunya dampak bencana tidak akan terlalu besar jika masyarakat mendapat peringatan dini akan datangnya bencana alam.
   Sudah selayaknya Pemerintah Daerah Jayapura bekerja sama dengan instansi terkait melakukan berbagai program untuk mencegah bencana datang. Antara lain pengijauan lahan gundul, pengerukkan kali yang mengalami pendangkalan dan menegakkan Peraturan Daerah terkait dengan larangan penebangan hutan wilayah resapan air hujan dan pembangunan rumah atau bangunan diwilayah tebing dan lereng gunung/perbukitan yang curam. Jika pemerintah setempat hanya berupaya melakukan penanggulangan bencana tanpa melakukan usaha pencegahan seperti pelarangan kegiatan alih fungsi lahan hutan resapan air hujan, maka jangan heran apabila musim penghujan datang, bencana akan datang lagi. 
   Tentunya pemerintah tidak dapat bekerja sendiri harus ada kerja sama dengan masyarakat untuk membenahi kota Jayapura agar tidak lagi terjadi bencana di kemudian hari. Hal kecil yang dapat di lakukan masyarkat seperti kesadaran dari diri sendiri untuk membuang sampah pada tempatnya yang telah disediakan baik dari swadaya masyarakat maupun yang telah di siapkan oleh pemerintah Kota  Jayapura, demi keselamatan dan kenyamanan kita bersama.
    Jangan pernah menyalahkan alam tetapi bersahabatlah dengan alam. Bencana yang telah terjadi di jadikan pelajaran utuk membenahi yang kurang agar ke depannya bisa menjadi semakin baik. Alam menegur dengan memberikan bencan agar kita bisa lebih dapat menghargai dan menjaga alam.#

_____________
 *penulis adalah Pengamat di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)

(Artikel ini pernah dimuat di Harian Cenderawasih Pos - Januari 2015) 

Minggu, 04 Januari 2015

Pelajaran dari Momentum Bisnis di Tahun Baru

Oleh: Dr. Hariman Dahrif, S.Pi, MTP *)

TAHUN 2015 baru saja kita tinggalkan dengan gempita euforia  yang  membahana.  Di tingkat masyarakat nampak riuhnya suara trompet, deringnya bunyi petasan, lengkingan musik dengan penyanyinya bagian yang tak terpisahkan dari setiap perayaan tahun baru.
  Sebaliknya ditingkat elitis perilaku perenungan yang dibalut dengan nuansa seremenial juga tidak pernah absen.  Menumpuk rakyatnya untuk bersama menikmati pesta, berkelana sambil mencitrakan diri dekat dengan rakyat atau menetap sambil bercengkrama dengan kaum kerabat?. Pokoknya pesan-pesan perayaan yang  bersifat konsumtif adalah bagaian yang menjustifikasi dalam setiap pergantian tahun.  Pertanyaan kita sebenarnya apa manfaat dari perayaan yang dipenuhi dengan kemewahan itu?. 
 Segelintir orang pasti menjawab itu pertanyaan konyol, tidak kau saksikan berapa banyak kaum kaki lima penyanggah ekonomi di negara ini mengambil peluang?. Lihatlah pedagang trompet, petasan, penjual bakso, makanan ringan. Itu baru ditingkat penjual (tersier).  Bagaimana ditingkat perantara (distribusi), atau bagaimana ditingkat produsen?.
 Lihat saja untuk pembuatan trompet saja batasan etika  bisa dilampaui hanya demi rupiah sesaat, (kasus: trompet dengan kertas berlabel huruf kitab suci).  Pendek kata begitu menggiurkannya bisnis yang sifatnya sesat ini!. Fenomena ini tidak terjadi jika tidak menjanjikan keuntungan yang fantastik. Bahkan salah seorang penjual trompet di Abe yang sempat penulis wawancarai mengatakan “bila penjualan baik, keuntungan memang tidak seberapa Pak?, paling-paling bisa beli motor baru”. Sebuah ungkapan yang verbalistik nan sentimentil tapi faktual. Pendeknya kalau bisa selamanya tahun barulah, supaya kami bisa memanfatkan peluang ini selamanya!.
  Ungkapan inilah yang harus digaris bawahi “bagaimana mempertahankan peluang tersebut?”.  Barangkali sesuatu yang utopia, bukankah tahun baru itu sekali saja setiap tahun.  Mungkin momentumnya bisa saja terbatas tetapi spirit (nuansa) bisnis dibalik momentum itulah yang mestinya ditelisik. 
 Hal yang menjadi pelajaran dari momentum bisnis di tahun baru: (1) dinamisnya perekonomian ditingkat lapisan bawah. Meskipun dinamis tetapi bila ditelisik kedalam sesungguhnya penuh dengan pertarungan.  Banyaknya keluhan akan pungli yang diperankan oknum-oknum tertentu dengan dalih apa saja, menjadi preseden buruk terciptanya distorsi ekenomi dipasar lokal.  Hal ini sebenarnya menjadi perhatian serius dari yang berwenang untuk menciptakan iklim bisnis yang sehat dan berkelanjutan ke depan. 
 (2) sifat konsumerisme masyarakat lapisan menengah dan atas.  Momentum ini baik, bila kita mendasarkan ekonomi pada skala konsumtif.  Tetapi sifatnya yang temporal menjadi tidak memiliki pengaruh yang berarti.  Kondisi ini berakibat tingkat inflasi di akhir tahun juga meningkat.  Akibatnya seberapa pun penghasilan masyarakat yang tumbuh dari bisnis di akhir tahun, sebagian akan terlahap oleh tingginya inflasi.  Kita mengharapkan pertumbuhan ekonomi ditopang oleh sektor produksi sehingga memiliki daya tahan dari segala keadaan.    
 Hal-hal dibalik fenomena tersebut hendaknya menjadi catatan bila pemerintah berketetapan hati mengelola peluang ekonomi yang dilahirkan dalam kondisi sesaat (temporal).  Munkin ada beberapa hal yang perlu dilakukan menurut penulis, (1)  Fenomana bisnis awal tahun menjadi pembelajaran berharga bagi pemerintah untuk lebih atraktif menelurkan kebijakan. Contoh, perlunya regulasi perlindungan alur distribusi barang. 
 Regulasi ini penting sebab fenomena bisini diawal tahun terkadang memicu munculnya interpreurship muda untuk berbisinis, sehingga keberpihakan pemerintah sangat diperlukan. (2) menjaga atau menawarkan momentum konsumtif dari lapisan masyarakat menengah dan atas untuk berinvestasi di skala produksi sehingga terjadi pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.  Peran pemerintah disini menawarakan enclove-enclove kota yang memiliki daya tarik untuk berbisnis, (3) mewadahi dan memfasilitasi kedua lapisan pelaku  melalui wadah-wadah yang tetap. Seperti asoasiasi-asosiasi untuk memudahkan pembinaan selanjutnya.
 Pada akhirnya mesti secara bisnis berbagai peluang di akhir tahun banyak yang dimanfaatkan oleh masyarakat, tetapi perlu diingat bahwa peluang bisnis ini hanya dinikmati masyarakat kota (urban) sedangkan mereka di pedesaan (rural) hampir pasti tidak mendapatkan manfaat, akibatnya kesenjangan Kota dan Desa tetap langgeng. Tidak hanya itu hal yang tidak bisa dipungkiri dari  fenomenan bisnis di akhir tahun terkadang melahirkan perilaku hedonisme dikalangan remaja yang memicu berbagai kriminalitas.  Inilah tugas pemerintah berikutnya untuk mengantisipasinya ke depan. #
___________
*) Pemerhati Sosial Ekonomi serta isu-isu kebangsaan di Papua, tinggal di Aryoko-Jayapura; harimandarif@yahoo.co.id (Dosen di Pengajar di UNIYAP)
(artikel ini pernah dimuat di Harian Cenderawasih Pos - Januari 2015)


Kamis, 01 Januari 2015

Pendidikan Sebagai Pintu Masuk pembangunan Kemanusiaan di Era Globalisasi

Oleh Silvester Bobii  *

 DI INDONESIA dalam membangun dunia pendidikan yang ideal zaman sekarang, tentunya membutuhkan pendidikan yang maksimal dari segi pengajar, kesejahteraan guru, sarana dan prasarana yang memadai agar pendidikan dapat memanusiakan manusia dan tidak terjadi keanekaragaman konflik, kemiskinan, kekerasan, korupsi di mana-mana. Sebab hanya melalui pendidikanlah akan membangun kemanusiaan di era globalisasi dengan memperhatikan hal-hal yang mendukung pendidikan itu sendiri. Supaya manusia mengalami dan merasakan kesejahteraan, kedamaian dan kebahagian dari pendidikan.  
 Zaman sekarang pendidikan sangat penting karena pendidikan itu awal atau pintu masuk membangun manusia dari berbagai segi seperti akal budi, kepribadian dan lainnya. Pendidikan merupakan suatu proses dan pelayanan atau perbuatan menjadikan  manusia sebagai manusia sesuai eksistensi dirinya. 
 Pendidikan juga merupakan suatu kegiatan menerima, memberikan dan menanamkan kebiasaan setempat supaya generasi bangsa meneruskannya sebagai suatu proses pembangunan melalui bakat dan minat yang diembankan kepadanya secara efesien. Keefesienan pendidikan akan nyata jika dari pemerintahan itu sendiri berpendidikan dan memberikan pendidikan. 
 Maksudnya bahwa dalam suatu negara jangan duduk diam tetapi harus memberikan pendidikan dan pengajaran bagi anak sambil kebebasan seorang anak dalam mengikuti pendidikan disesuaikan dengan usia didik, kemampuan, demi membangun nilai kemanusiaan. Sehingga pendidikan itu merupakan pintu masuk pembangunan manusia secara universal melalui suatu proses, melalui pelayanan, melalui komunikasi dari manusia ke manusia dan secara informal maupun non formal yang disesuaikan dengan perkembangan manusia itu sendiri. 
 Supaya manusia itu dapat menemukan dirinya sebagai manusia bahwa manusia yang memiliki intelektual/akal budi, manusia yang memiliki kerohanian dan manusia yang memiliki budaya serta memiliki kehendak bebas. Kebebasan untuk bertindak secara professional dalam berbagai bidang kehidupan. 
 Maka pengertian pendidikan secara khusus yaitu suatu proses interaksi belajar mengajar dalam bentuk formal yang dikenal sebagai pengajaran. Sehingga dalam pendidikan itu saling mendukung, melengkapi, melayani antara keberadaan pengajar, siswa-siswi dan dari segi sarana dan prasarana pun memadai. 
  Pendidikan yang memadai akan memanusiakan manusia sejak kecil yang dihadapkan pada tantangan dunia modern supaya manusia dapat mecintai yang baik dan mejauhi yang melahirkan berbagai konflik, korupsi, kekerasan, pemerkosaan dan pembunuhan yang selalu meningkat. Meningkatnya berbagai masalah di mana-mana karena kemapaman pendidikan itu belum menyentuh atau belum menggigit sampai pada individu sesuai kepribadian sejak dini (usia perkembangan), kebudayaan, pengajar/guru, sarana dan prasarana juga tidak memadai. 
 Padahal hal-hal inilah yang mendukung perkembangan pendidikan seperti pengajar/guru dan sarana-prasarana. Pengajar/guru dalam melaksanakan peran dan tugas yang diemban oleh guru tersebut, guru harus nyatakan dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya sebagai pendidik di sekolah. Misalnya guru dalam proses pembelajaran; Seorang guru adalah pendidik professional mempunyai tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Dengan demikian peran guru sangat dominan dalam membentuk peserta didik menjadi manusia yang berkualitas. 
  Sedangkan sarana dan prasarana merupakan alat penunjang keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan di dalam pelayanan publik, karena apabila kedua hal ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana. 
 Secara etimologisnya prasarana berarti alat tidak langsung untuk mencapai tujuan dalam pendidikan seperti lokasi, bangunan sekolah, lapangan olahraga, uang dll. Sedangkan sarana berarti alat langsung untuk mencapai tujuan pendidikan seperti ruang, buku, perpustakaan, laboratorium dll. Semua sarana dan prasarana ini harus dilengkap  di sekolah. Sekolah yang merupakan lembaga sosial yang keberadaannya merupakan bagian dari sistem sosial bangsa yang bertujuan untuk mencetak manusia bermoral, bertanggung jawab, beriman, sehat jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan dan keterampilan, berkepribadian yang mantap dan mandiri melalui sarana prasarana dalam kegiatan pembelajaran, maka peserta didik, guru dan sekolah akan terkait secara langsung. 
 Peserta didik akan lebih terbantu dengan dukungan sarana prasarana pembelajaran. Tidak semua peserta didik mempunyai tingkat kecerdasan yang bagus sehingga penggunaan sarana prasarana pembelajaran akan membantu peserta didik, khususnya yang memiliki kelemahan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Bagi guru akan terbantu dengan dukungan fasilitas sarana prasarana. Kegiatan pembelajaran juga akan lebih variatif, menarik dan bermakna di dunia pendidikan. 
 Dalam dunia pendidikan yang menjadi faktor utama berkurangnya pendidikan yaitu kurangnya tenaga guru karena jangkauan jaringan komunikasi, khususnya bagi para guru yang cenderung turun ke kota dan kembali dalam jangka waktu yang hampir lebih dari tiga bulan hanya untuk berkomunikasi dengan keluarga mereka dan meninggalkan pengabdiannya sebagai seorang guru. Faktor yang lain juga karena alasan stress dan sulit beradaptasi dengan lingkungan tempat para guru bertugas, biasanya para guru sakit dan kurangnya tenaga medis serta fasilitas medis di pedalaman yang membuat para guru harus di rujuk ke kota untuk menjalani pengobatan kesehatannya. 
 Setelah sembuh dari penyakitnya, karena keenakan di kota sehingga membuat mereka menjadi ingin berlama-lama di kota tanpa memikirkan tugas dan tanggung jawab mereka di tempat tugas mereka. Selain itu pula karena banyak tunjangan para guru yang menunggak selama beberapa bulan, sehingga membuat mereka, merasa bahwa  mereka menjalankan tanggung jawab mereka tanpa menerima hak mengajar mereka, jadi mereka turun ke kota selama berbulan-bulan untuk menunggu menerima hak mengajar mereka.
  Dan juga karena adanya tenaga para guru yang dimasukan dalam jabatan struktural masyarakat seperti  wakil kepala kampung atau seksi-seksi tertentu dalam kemasyarakatan. Sehingga jika ada rapat-rapat tertentu di walikota misalnya para guru meliburkan murid-muridnya dan mengikuti urusan politik bersama kepala kampung di kota. Dan juga kurang adanya perhatian pemerintah akan dunia pendidikan. Pemerintah lebih mementingkan dan mengutamakan kepentingan pribadi, Otsus dan urusan politik lainnya. Sehingga tenaga pengajar, kesejahteraan guru, sarana dan prasarana menjadi kurang diperhatikan. Hal ini membuat perkembangan pendidikan yang seharus diprioritaskan kepada manusia tetapi menjadikan manusia statis.
 Dengan demikian yang menjadi pintu masuk pendidikan di Indonesia agar dapat berjalan dengan baik dan benar apabila pertama, pemerintah memperhatikan pendidikan secara menyeluruh di pelosok Indonesia baik, tenaga guru, kesejahteraannya maupun sarana dan prasarana pendidikan dan juga pemerintah harus membuat ketegasan-ketegasan dalam bentuk peraturan yang harus ditaati oleh setiap guru. Kedua, membangun manusia dalam perkembangan manusia itu sendiri melalui media-media maupun pengajaran-pengajarannya. Sehingga kita mengetahuinya sebagai manusia yang bermartabat di zaman globalisasi. 
 Ketiga, pada zaman ini sangat penting membangun dan memperjuangkan nilai kebudayaan setempat melalui pendidikan. Karena ketika kita melihat dengan mata kita bahwa di Indonesia dari segi budayanya sangat kaya. Namun semuanya sudah hilang eksistensinya di depan mata kita. Manusia Indonesia menjadi miskin atas kekayaannya. Keempat, pendidikan sebagai pintu masuk mengasa kemampuan yang ada pada setiap manusia. Sebab manusia Indonesia diperbodohi atas kemampuan yang sangat luar biasa. 
 Hal ini karena akibat kecelakaan pendidikan yang tidak memanusiakan manusia Indonesia pada umumnya. Kelima, harus melengkapi sarana dan prasarana pendidikan itu sendiri. Pendidikan dari segi sarana yang tidak memadai membuat profesionalitas pengajar yang tidak baik dari berbagai segi pendidikan. Misalnya seorang pengajar setiap bulan dan setiap tahun ke kota dengan berbagai alasan tertentu supaya tidak mau mengajar. 
 Pada hal kita tahu bahwa hanya dengan pendidikan inilah akan menciptakan manusia-manusia berakal budi dan bermartabat sebagai generasi-generasi bangsa sekaligus tulang punggung bangsa Indonesia di era globalisasi. Maka di era globalisasi ini kita jangan berpikir kepentingan pribadi tetapi kita harus berpikir transparan, dinamis, universala terhadap pendidikan yang merupakan pintu masuknya pembangunan nilai-nilai kemanusiaan agar tidak lagi terjadi korupsi di mana-mana, konflik, kekerasan, penindasan, pembodohan, pemerkosaan dan pembunuhan di bangsa Indonesia ini.
  
* Penulis Mahasiswa Pada Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi STFT “FAJAR        TIMUR”    Abepura - Papua